Thursday 6 August 2015

Pembunuh Pelajar SMK Texmaco Berkeliaran di Gintungkerta

Masih ingat Sahrul Budiman (18) warga Dusun Gintung Kolot RT 17 RW 04, Desa Gintungkerta, Kecamatan Klari, korban pembunuhan di depan Texmaco. Korban yang merupakan pelajar SMK Texmaco ini dihabisi secara brutal. Kemarin, orang tua korban mengadukan ke media massa bahwa mereka melihat 5 dari 8 pelaku aksi pembunuhan putranya berkeliaran di kampung mereka.

Seperti diberitakan, Sahrul ditemukan tewas mengenaskan pada Kamis, (4/5) lalu dengan sejumlah luka tusukan di sekujur tubuh di Kampung Rawaungu, Desa Kiarapayung, Kecamatan Klari. Korban yang sebelumnya diduga tewas akibat kebrutalan aksi genk motor oleh aparat Polres Karawang akhirnya terungkap bahwa pelaku pembunuhan ternyata masih sahabat karib korban, berjumlah 8 orang.

Belum lama ini, tepatnya sekitar 10 hari sebelum lebaran orang tua almarhum yakni Herman (57) melihat 5 dari 8 pelaku berkeliaran disekitar rumahnya. Hal ini langsung membuat Herman terkejut, karena mereka seharusnya mendekam di jeruji besi, untuk mempertangungjawabkan perbuatannya. "Pas kemarin sebelum lebaran, bapa (Herman) melihat pelaku diluar, tidak di penjara," ujar Epon (47) istri Herman saat diwawancarai, Rabu (5/8).

Setelah melihat sang pelaku bebas berkeliaran, membuat Herman langsung jatuh stroke. Bahkan, hingga membuat Herman lumpuh tak berdaya. Pada saat itu, Herman terlihat hanya bisa tergoler dan tak bicara akibat stroke melihat pelaku pembunuh anaknya berkeliaran. "Abis lihat pelaku bapak langsung stroke, sampai sekarang tidak bisa apa - apa," imbub Epon sambil menitihkan air mata.

Maka dari itu, warga Dusun Gintung Kolot RT 17 RW 04, Desa Gintungkerta, Kecamatan Klari ini merasa diperlakukan tidak adil atas proses penegakan hukum yang dilakukan sejumlah lembaga penegak hukum pada penanganan perkara pembunuhan yang dialami alm. Sahrul Budiman, (18) yang merupakan anak kandungnya."Kami menuntut keadilan atas peristiwa yang kami alami. Anak kami menjadi korban pembunuhan yang dilakukan oleh ke delapan orang tersebut. Meski kami keluarga miskin, kami menuntut hak kami agar perkara ini ditangani seadil-adilnya," tegas dia.

Lebih jauh Epon menuturkan, selain  sekitar sepuluh hari jelang hari raya Idul Fitri lalu, kelima dari delapan terdakwa pembunuhan sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Dalam proses persidangan yang di ikutinya juga seperti janggal. Karena, 8 pelaku ini ada sejumlah pelaku yang tidak mengakui perbuatannya. "Terakhir mengikuti persidangan sebelum lebaran kemarin, kelimanya tidak mengakui telah membunuh anak saya. Padahal sebelumnya waktu pemeriksaan mereka mengakui hingga ditetapkan sebagai tersangka di kepolisian," tuturnya.

Epon berharap permasalahan ini dibuka seluas-luasnya dan diproses seadil-adilnya. Ia juga meminta agar para pelaku pembunuhan dihukum seberat-beratnya sesuai perbuatan yang telah mereka lakukan."Saya berharap permasalahan ini dibuka seluas-luasnya. Saya menuntut keadilan dan meminta agar para pelaku pembunuhan dihukum seberat-beratnya sesuai perbuatan yang mereka lakukan kepada anak saya," tandasnya. (vid)
Posted by: Siti Badriyah
Berita News Karawang Updated at: 17:47

No comments:

Post a Comment